Search This Blog

Ketika Mesin Semakin Pintar - kompas.id

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/R_k1sk9U4f9uXUPFcB5teALauHM=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F01%2F29%2F293c15d3-4b81-45e0-8c77-a879dfdfa002_jpg.jpg

ChatGPT sedang menjadi topik hangat. ChatGPT adalah aplikasi kecerdasan buatan dengan antarmuka chatbot yang diluncurkan oleh OpenAI akhir tahun lalu. Cukup dengan mengetikkan pertanyaan atau perintah singkat, kita bisa meminta ChatGPT menjawab berbagai pertanyaan, menulis program komputer, merancang strategi marketing, dan bahkan menulis makalah.

Ada tiga hal yang membuat ChatGPT menjadi terobosan penting. Pertama, ChatGPT bukan sekadar mesin pencari (search engine) seperti Google yang berfungsi untuk menemukan artikel, gambar, video, dan konten digital yang dipublikasikan di Internet.

ChatGPT dirancang untuk mensintesa jawaban berdasarkan pengetahuan yang dikumpulkan dengan proses pembelajaran (machine learning) terus menerus. Semakin sering digunakan, semakin komprehensif dan akurat responsnya. Oleh karena itu, ChatGPT digadang-gadang sebagai Google killer.

Kedua, ChatGPT adalah implementasi praktis kecerdasan buatan yang bisa dinikmati langsung oleh orang awam. Kecerdasan buatan sebenarnya sudah banyak digunakan. tetapi umumnya untuk keperluan perusahaan. Misalnya, Google menggunakannya untuk meningkatkan kinerja mesin pencari, sedangkan platform media sosial menggunakannya untuk menyajikan konten yang relevan bagi pengguna.

ChatGPT adalah implementasi praktis kecerdasan buatan yang bisa dinikmati langsung oleh orang awam

ChatGPT berbeda, karena orang biasa pun kini bisa merasakan kecanggihan dan manfaat kecerdasan buatan. Analoginya seperti pada 1980-an ketika orang baru menyadari manfaat komputer setelah muncul komputer pribadi dengan aplikasi, seperti pengolah kata, lembar berlajur (spreadsheet), dan surat elektronik (email) bagi keperluan pribadi.

Ketiga, antarmuka ChatGPT yang berupa chatbot dengan kemampuan natural language processing (NLP) membuatnya mudah digunakan. ChatGPT langsung merespons pertanyaan atau perintah yang diberikan. Seolah-olah kita berinteraksi dengan seorang ahli menggunakan bahasa sehari-hari.

Baca juga : Web3 sebagai Platform Koperasi Digital

Pemanfaatan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (Artificial intelligence/AI), ChatGPT, di sebuah kantor di Jakarta, Selasa (7/3/2023).
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN (HAS)

Pemanfaatan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (Artificial intelligence/AI), ChatGPT, di sebuah kantor di Jakarta, Selasa (7/3/2023).

Hal ini mendorong pertumbuhan pengguna ChatGPT mencapai ratusan juta hanya dalam beberapa bulan. Kepopuleran ChatGPT mendorong menjamurnya AI chatbot lainnya dengan penggunaan khusus, seperti pengolahan gambar dan video, pemrograman, serta penyelesaian problem matematis.

Salah satu hal yang kontroversial, mesin kecerdasan buatan seperti ChatGPT mudah digunakan untuk membuat makalah. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terkait dengan kemungkinan plagiarisme. Namun, dalam konteks lebih luas, hal semacam itu mirip dengan penggunaan kalkulator.

Di sekolah dasar, kita diajarkan dasar konsep berhitung manual dan tidak boleh menggunakan kalkulator. Setelah itu, kalkulator hanyalah alat bantu. Lebih penting apa yang kita hitung dan hasil perhitungannya dibandingkan dengan memperdebatkan apakah kita menghitungnya secara manual atau dibantu kalkulator.

Dengan sistem semacam ChatGPT, tugas kompleks yang tadinya hanya bisa dilakukan oleh orang dengan keterampilan tertentu sekarang dapat dilakukan oleh orang awam. Hal ini menimbulkan kegundahan karena potensi hilangnya beberapa pekerjaan di masa depan. Namun, hal ini juga tidak perlu dikhawatirkan.

Dengan sistem semacam ChatGPT, tugas kompleks yang tadinya hanya bisa dilakukan oleh orang dengan keterampilan tertentu sekarang dapat dilakukan oleh orang awam.

Dulu, ada profesi juru ketik. Dengan munculnya komputer, mengetik bukan lagi menjadi keahlian khusus. Komputer pribadi dengan aplikasi pengolah kata memudahkan dan mendemokrasikan pembuatan dokumen. Profesi tukang foto juga menjadi niche karena munculnya kamera portabel dan telepon seluler berkamera. Setiap orang kini bisa menjadi juru foto.

Hal serupa akan terjadi dengan pengeditan foto dan video yang tadinya memerlukan keahlian dan aplikasi khusus. Kini hanya dengan mengunggah foto dan video serta mengetik perintah sederhana, kita dapat memanipulasi foto atau video tanpa perlu belajar menggunakan aplikasi seperti Photoshop. Ke depan, kita akan fokus pada ide dan kreativitas daripada pembuatan konten. Pembuatan konten bisa dilakukan secara otomatis oleh mesin yang semakin cerdas.

Baca juga : "Quo Vadis" Bank Digital

Yusuf Mehdi, Microsoft Corporate Vice President of Modern Life, Search, and Devices, mengumumkan integrasi ChatGPT untuk mesin pencari Bing pada Microsoft di Redmond, Washington, AS, pada 7 February 2023.
AFP/JASON REDMOND

Yusuf Mehdi, Microsoft Corporate Vice President of Modern Life, Search, and Devices, mengumumkan integrasi ChatGPT untuk mesin pencari Bing pada Microsoft di Redmond, Washington, AS, pada 7 February 2023.

Di dunia finansial, banyak bank dan teknologi finansial (tekfin) yang menggunakan kecerdasan buatan untuk menganalisis kredit dan berbagai keperluan lain. Fungsi kredit analis yang tadinya dikerjakan puluhan orang digantikan oleh mesin. Peran penagih pinjaman di beberapa perusahaan tekfin juga mulai dialihkan ke robot dengan kemampuan sampai bernegosiasi dengan debitor.

Beberapa perusahaan sekuritas dan trading pun mulai menggunakan algoritmic trading. Peran trader digantikan mesin yang mampu membaca tren dan bereaksi lebih cepat. Secara umum, perusahaan harus mempersiapkan pergeseran kebutuhan keterampilan kerja.

Di bidang kesehatan, komputer mulai mampu mendiagnosis penyakit dengan akurat. Hal ini berpotensi membantu mengatasi kekurangan tenaga medis karena dokter akan lebih fokus pada hal-hal kompleks. Proses diagnosis awal, bahkan penanganan medis sederhana, dapat dilakukan oleh mesin atau paramedis. Di bidang hukum, dikembangkan sistem kecerdasan buatan untuk membantu pengacara menganalisis masalah hukum dan merekomendasikan langkah hukum optimal.

Mempertimbangkan fenomena di atas, salah satu hal yang harus kita ubah secara mendasar dan segera adalah sistem pendidikan kita. Sistem pendidikan kita diturunkan dari kebutuhan mencetak pegawai untuk industri. Celakanya, selama beberapa ratus tahun hal ini tidak banyak berubah.

Sistem pendidikan yang berfokus pada hafalan dan kemampuan berhitung tidak cukup lagi mengantisipasi kebutuhan pekerjaan masa depan karena komputer atau mesin sudah pasti lebih andal dan cepat menyimpan dan menyajikan informasi serta melakukan kalkulasi rumit sekalipun.

Sistem pendidikan yang berfokus pada hafalan dan kemampuan berhitung tidak cukup lagi mengantisipasi kebutuhan pekerjaan masa depan

Mereka sangat cocok melakukan pekerjaan yang berulang dengan frekuensi dan volume tinggi, tak mengenal lelah, tidak mengeluh, tak minta naik gaji, dan tidak memiliki permasalahan pribadi seperti halnya pekerja manusia.

Untuk mengantisipasinya, pendidikan kita harus berfokus pada kemampuan merumuskan dan memecahkan masalah, mempertajam intuisi, meningkatkan keterampilan kreatif, serta pendidikan karakter dan kepemimpinan.

Mesin dengan kecerdasan buatan makin canggih adalah keniscayaan. Kita pun perlu mempersiapkan diri untuk hidup berdampingan dengan mesin yang semakin pintar dan memanfaatkannya sebagai alat untuk mencapai kemaslahatan umat manusia.

* Rico Usthavia Frans, Anggota Steering Committee Indonesia Fintech Society

Adblock test (Why?)

Baca lengkap https://news.google.com/rss/articles/CBMiR2h0dHBzOi8vd3d3LmtvbXBhcy5pZC9iYWNhL29waW5pLzIwMjMvMDMvMjcva2V0aWthLW1lc2luLXNlbWFraW4tcGludGFy0gEA?oc=5

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Ketika Mesin Semakin Pintar - kompas.id"

Post a Comment

Powered by Blogger.